Kamis, 02 Desember 2010

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata
belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

Senin, 11 Oktober 2010

pErAhU kErTaS

                                                                                                                                                             Kisah ini dimulai dengan Keenan, seorang remaja pria yang baru lulus SMA, yang selama enam tahun tinggal di Amsterdam bersama neneknya. Keenan memiliki bakat melukis yang sangat kuat, dan ia tidak punya cita-cita lain selain menjadi pelukis, tapi perjanjiannya dengan ayahnya memaksa ia meninggalkan Amsterdam dan kembali ke Indonesia untuk kuliah. Keenan diterima berkuliah di Bandung, di Fakultas Ekonomi.
Di sisi lain, ada Kugy, cewek unik cenderung eksentrik, yang juga akan berkuliah di universitas yang sama dengan Keenan. Sejak kecil, Kugy menggila-gilai dongeng. Tak hanya koleksi dan punya taman bacaan, ia juga senang menulis dongeng. Cita-citanya hanya satu: ingin menjadi juru dongeng. Namun Kugy sadar bahwa penulis dongeng bukanlah profesi yang meyakinkan dan mudah diterima lingkungan. Tak ingin lepas dari dunia menulis, Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra.
Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu Keenan, sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Terkecuali Noni, mereka semua hijrah dari Jakarta, lalu berkuliah di universitas yang sama di Bandung.Mereka berempat akhirnya bersahabat karib.
Lambat laun, Kugy dan Keenan, yang memang sudah saling mengagumi, mulai mengalami transformasi. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan untuk mengungkapkan, mereka saling jatuh cinta. Namun kondisi saat itu serba tidak memungkinkan. Kugy sudah punya kekasih, cowok mentereng bernama Joshua, alias Ojos (panggilan yang dengan semena-mena diciptakan oleh Kugy). Sementara Keenan saat itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan seorang kurator muda bernama Wanda.
Persahabatan empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah petualangan mereka sendiri, yang diberinya judul: Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy menulis kisah tentang murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam sebuah buku tulis, yang kelak ia berikan pada Keenan.
Kedekatan Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai berubah. Keenan disadarkan dengan cara yang mengejutkan bahwa impian yang selama ini ia bangun harus kandas dalam semalam. Dengan hati hancur, Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung, dan juga keluarganya di Jakarta. Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya, Pak Wayan.
Masa-masa bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di Bali, mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan kisah-kisah Jenderal Pilik dan Pasukan Alit yang diberikan Kugy padanya, Keenan menciptakan lukisan serial yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
Kugy, yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung, menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah secepat mungkin dan langsung bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan Remigius, atasannya sekaligus sahabat abangnya. Kugy meniti karier dengan cara tak terduga-duga. Pemikirannya yang ajaib dan serba spontan membuat ia melejit menjadi orang yang diperhitungkan di kantor itu.
Namun Remi melihat sesuatu yang lain. Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi juga semangat dan kualitas unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan akhirnya Remi harus mengakui bahwa ia mulai jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan Remi juga akhirnya meluluhkan hati Kugy.
Sayangnya, Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali. Karena kondisi kesehatan ayahnya yang memburuk, Keenan terpaksa kembali ke Jakarta, menjalankan perusahaan keluarganya karena tidak punya pilihan lain.
Pertemuan antara Kugy dan Keenan tidak terelakkan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi. Semuanya dengan kondisi yang sudah berbeda. Dan kembali, hati mereka diuji. Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa kembali pasrah dalam aliran cinta yang mengalir entah ke mana. Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di parit, di empang, di kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama. Meski kadang pahit, sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.Diwarnai pergelutan idealisme, persahabatan, tawa, tangis, dan cinta, “Perahu Kertas” tak lain adalah kisah perjalanan hati yang kembali pulang menemukan rumahnya.

My Friends My Dreams Kisah Persahabatan Tiga Remaja

Novel My Friends My Dreams ini menceritakan tentang persahabatan tiga remaja yang tinggal di Yogyakarta. Mereka mempunyai latar belakang yang berbeda dan mereka juga berasal dari daerah yang berbeda. Tiga remaja yang diceritakan dalam novel ini adalah Marcella, Joy dan Wenning. Marcella adalah gadis cantik dan populer yang berasal dari Jakarta. Marcella terpaksa pindah karena orangtuanya lebih memilih untuk tinggal di Yogyakarta. Marcella berasal dari keluarga yang berada dan ayah ibunya bekerja sebagai arsitek.
Joy adalah gadis yang berasal dari Bandung. Joy merupakan cewek yang tomboy, cuek dan berantakan. Latar belakang keluarga Joy yaitu ayah dan ibu Joy tidak harmonis, sehingga Joy memutuskan untuk tinggal di Jogjakarta agar menenangkan pikirannya.
Sementara itu, Wening adalah gadis desa yang berasal dari daerah Gunung Kidul. Wening adalah gadis yang polos, kuper, culun dan penyakitan. Ketiga remaja itu akhirnya berteman karena secara tidak sengaja pada saat hari pertama MOS, mereka sama-sama mendapatkan hukuman dari kakak kelas. Persahabatan mereka penuh dengan kegembiraan, pengorbanan dan juga tingkah yang lucu dari para pelaku cerita tersebut. Selama bersahabat, mereka memiliki impian yang berbeda-beda dan mereka saling membantu untuk mewujudkan impiannya itu.
Ken Terate, sang penulis menurut saya sangat mengetahui kota yang dijadikan sebagai latar novel tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan adanya deskripsi tentang Kota Jogjakarta. Selain itu, Novel ini juga sangat layak dibaca oleh para remaja agar mereka mengerti arti dari sebuah persahabatan. Dari segi penampilan cover, novel ini menurut saya sangat menarik. Dengan menampilkan tiga gambar gadis-gadis remaja, yang terdiri dari Marcella, Joy dan Wening.

Senin, 30 Agustus 2010

kEnApA bUruN9 bEo bIzzzA bIcAra

Pernahkah kamu merasa heran kenapa burung beo dapat menirukan ucapan manusia dengan baik? Nah, mau tahu, kenap burung Beo dapat berbicara / menirukan suara  manusia, karena burung beo menggunakan lidahnya agar dapat menghasilkan suara seperti huruf‑huruf vokal sebagaimana halnya kita, manusia.
Pada manusia, bunyi dihasilkan dari larynx (pangkal tenggorokan) dan dapat diubah‑ubah sesuai pergerakan lidah dalam mulut. Hal seperti inilah yang menolong kita mengucapkan huruf vokal dan huruf konsonan meski huruf itu rumit.

Hingga kini, tak sedikit peneliti beranggapan, burung Beo sama seperti halnya bangsa burung lain, menghasilkan dan mengubah‑ubah suaranya dengan menggunakan larynx dan syrinx tanpa menggunakan lidahnya sama sekali.

Ternyata hal itu tidak sepenuhnya benar, burung Beo menggerakkan lidahnya ke depan dan ke belakang ketika berbicara. Hal ini yang kemudian menggelitik Gabriel Beckers dan rekan‑rekannya yang berasal dari Universitas Leiden, Belanda, yang kemudian tertarik untuk mengamati apakah pergerakan ini memang berperan pada burung Beo yang pintar meniru ucapan manusia.

Para peneliti mencoba melakukan riset pada sejumlah burung Beo. Syrinx burung‑burung kemudian diganti sebuah speaker elektronik yang sangat kecil. Ketika amplifier memperdengarkan suara, sebuah pengait menggerakkan lidah burung itu.

Para peneliti menemukan, pergerakan lidah kurang dari satu milimeter saja akan menimbulkan perbedaan besar terkait kualitas suara vokal burung Beo yang dikeluarkan.

Terus seberapa besar perbedaannya ya? Perbedaan itu, kata Beckers, lebih besar ketimbang perbedaan antara huruf 'a' dan 'o' yang diucapkan manusia. Jadi, menurut Beckers, kemampuan burung Beo memainkan lidahnya mengucapkan huruf‑huruf vokal mungkin didorong bakat burung menjadi peniru.

Selasa, 24 Agustus 2010

EVALUASI

Assalamu'alaikum Wr. Wb. :
Pekernalkan nama saya adalah Woro Yuliana Saat ini saya sekolah di MAN Yogyakarta 1 kelasXI IPS3 Saya sangat senang sekolah disini karena saya bisa mendapatkan banyak teman dan guru-gurunya pun sangat menyenangkan. Mata pelajaran yang saya sukai adalah Sosiologi karena menurut saya ilmu sosiologi itu sangat penting untuk bersosialisasi dimana saja dan kapan saja qta butuhkan.
Selama kurang lebih 4 minggu ini saya belajar mata pelajaran TIK yang dibimbing oleh kakak mahasiswa PPL dari Universitas Negeri Yogyakarta. Materi yang diajarkan yaitu tentang dasar-dasar membuat desain web.
Teori yang disampaikan yaitu tentang:
  • Struktur dasar HTML
  • Heading,
  • Paragraf,
  • Blockquotes,
  • Preformated text,
  • Various list element, dan
  • Horizontal rules (line)
  • Membuat Link
  • Insert Image
Walaupun hanya sedikit teori yang disampaikan, itu dapat membantu untuk meng-edit blog saya.
Saya akan mempelajari lebih dalam lagi walau sudah tidak dibimbing oleh kakak mahasiswa PPL, dengan bantuan materi yang tersaedia di internet.
Setiap keberhasilan yang saya ketahui telah diperoleh oleh orang lain adalah karena orang yang bersangkutan mampu menganalisa kekalahan dan benar-benar belajar darinya untuk menghadapi tantangan berikutnya. William Marston
Terima kasih.
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.